Monday, August 15, 2011

Ramadhan Kenapa Selalu Berbeda?



Marhaban Ya Ramadhan, Rumah Sifa bertanya-tanya dalam benaknya "Kenapa engkau selalu berbeda?". Jama’ah tarekat Naqsabandiyah Sumatera Barat, sudah memulai puasa Ramadhan pada hari Sabtu (30/07/2011). Penentuan awal Ramadhan tarekat Naqsabandiyah ini dilakukan dengan melihat bulan dengan mata telanjang yang dilakukan secara tiga tahap pada bulan Sya’ban, ujar guru mereka, Syafri Malin Mudo, di Mushalla Baitul Ma’mur, kota Padang, Jum’at Malam (29/07/2011).

“Dari perhitungan itu dan berdasarkan hisab Munjit (penanggalan jamaah Naqsabandiyah) dipastikan Ramadhan jatuh pada 30 Juli 2011 dan kita sudah harus berpuasa,” ujarnya.

Sementara itu, penganut Islam Aboge di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, meyakini awal Ramadhan jatuh pada hari Selasa (2/08/2011). Perhitungan mereka berdasarkan kalender Jawa yang sudah turun temurun dan masih digunakan hingga saat ini.

Sesepuh Islam Aboge, Sopani, mengatakan, Penganut Islam Aboge biasa menggunakan perhitungan hari atau tanggal yang digunakan para wali sejak abad ke-14, yakni berdasarkan perhitungan Jawa yakni Pon, Wage, Kliwon, Manis (legi), dan Paing yang merupakan pasaran dalam perhitungan 12 bulan yang dalam sebulan terdiri atas 29-30 hari.

Seperti diketahui, Aboge merupakan singkatan dari kata Alip Rebo Wage. Ajaran aliran ini dibawa masuk oleh tokoh bernama Eyang Mustolih ke Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Banyumas, Jawa Tengah sejak abad 1288 H. Aliran ini menerapkan ajaran seorang ulama bernama Raden Rasid Sayid Kuning dari Panjang.

Beda lagi Muhammadiyah. Ormas Islam ini jauh-jauh hari telah memutuskan bahwa 1 Ramadhan 1432 H jatuh pada hari Senin (1/08/2011) dan 1 Syawal 1432 H jatuh pada hari Selasa (30/08/2011). Keputusan itu dilakukan sesuai hisab hakiki oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pengurus Pusat Muhammadiyah.

“Dengan demikian, ibadah puasa berlangsung selama 29 hari,” jelas juru bicara PP Muhammadiyah. “Pengurus juga mengimbau kepada warga Muhammadiyah, untuk berpegang teguh kepada keputusan pengurus Muhammadiyah, bila ormas Islam mengumumkan keputusan berbeda.”

Contoh di atas hanya sebagian dari pelbagai dasar yang melatarbelakangi perbedaan dalam mengawali dan mengakhiri Ramadhan. Pertanyaan pentingnya mengapa kaum Muslimin selalu berbeda dalam mengawali dan mengakhiri Ramadhan?

Ru’yatul Hilal (melihat bulan) penentu awal dan akhir Ramadhan 

Tidak adanya khilafah sebagai pemersatu ummat, dan tidak adanya pemahaman yang shahih pada benak kaum Muslimin menjadi pemicu perbedaan dalam mengawali dan mengakhiri Ramadhan. Parahnya lagi, banyak kaum Muslimin yang tidak faham dan tidak mengerti masalah ini dan bersikap masa bodoh.

Pemerintah sendiri, baru akan melakukan sidang isbat hari Minggu (31/07/2011) atau bertepatan dengan tanggal 30 Sya’ban 1432 Hijriyyah. Menurut Prof. Dr. Sofyan Siregar, MA, pakar syariah di Universitas Islam Eropa, Rotterdam, tindakan pemerintah tersebut merupakan pembodohan umat dan cuma seremoni buang-buang anggaran.

Tuntunan dalam Islam untuk mengawali dan mengakhiri Ramadhan sebenarnya sangatlah jelas dan mudah, serta praktis, yakni dengan jalan ru’yatul hilal (melihat bulan). Hal ini sebagaimana hadits Rasulullah SAW., yang telah diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a, berikut:

“Berpuasalah kalian karena melihatnya (hilal) dan berbukalah kalian karena melihatnya, dan jika tertutup mendung maka genapkanlah bilangan Sya’ban menjadi tiga puluh hari.” (HR. Bukhari)

Untuk tahun ini, pemantauan hilal Ramadhan telah dilakukan sejak malam ahad (30/07/2011), dan setelah pemantauan ternyata hilal tidak terlihat dengan rukyat yang syar’i. Untuk itu, sebagaimana panduan Rasulullah SAW., dalam hadits di atas, ketika hilal tidak terlihat, maka bulan Sya’ban digenapkan menjadi 30 hari, yang dengan demikian, pada hari Senin, (1/08/2011) merupakan hari pertama dari bulan Ramadhan.

Wallahu’alam bis showab!

sumber: arrahmah

0 Responses to “Ramadhan Kenapa Selalu Berbeda?”

Post a Comment